Warga Kampung Blukbuk Luwung RT 03/RW 04, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, senang bercampur haru.
Mereka pun memanjatkan rasa syukur karena lahan sawah yang digarapnya kini panen sayur kol dan oyong.
Kariri (50) salah satu petani oyong menggarap 2.000 meter persegi lahan sawahnya menjadi lahan oyong. Dari pekerjaan yang ditekuninya itu Kariri mampu menghidupi keluarganya.
Kariri pun terus tersenyum dengan panen oyong yang ia alami saat ini. Hanya satu bulan lima hari menanam bibit oyong, kini Kariri menuai hasilnya.
“Panen sekarang lumayan, sekali metik bisa dapat sampai empat kwintal per harinya. Sudah delapan hari hampir satu ton,” ungkap Kariri, yang saat ini sudah memiliki dua cucu.
Kariri sudah 20 tahun berprofesi sebagai petani. Sebelumnya ia lebih sering menanam padi. Tapi merugi sebab padi yang dia tanam mengalami gagal panen.
Gagal menanam padi, Kariri tidak putus asa. Dengan modal Rp 6 juta, ia mencoba menanam cabai di lahan sekitar 1.500 meter persegi.
Namun Kariri tetap merugi. Cabai yang dia tanam gagal panen karena cabai yang dia panen busuk terendam banjir di awal tahun.
“Gagal panen sudah saya alami, cabai yang saya tanam teredam banjir hujan yang menggenangi lahan pesawahan,” tuturnya.
Saat ini Kariri menanam oyong di lahan seluas 2.000 meter persegi dengan modal Rp 14 juta. Kini setelah panen, Kariri bisa dapat penghasilan Rp 1,6 juta per hari dari hasil memetik oyong.
Sekali memetik 300 hingga 400 kilogram dengan harga berkisar Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogramnya. Sedangkan panen kali ini sudah hampir 1,5 ton panen.
“Saya terus bersemangat lagi bertani, dengan oyong lebih pendek usianya dan mudah untuk cara penanamannya,” imbuh Kariri.
Semangat bertani pun menular ke Murtala (42) yang merupakan petani kol di Desa Blukbuk.
Awalnya percobaan kol dataran rendah ini ditanam di atas luas tanah 200 meter.
Namun hasilnya tidak tanggung-tanggung. Ia mendapatkan 300 kilogram. Saat ini kol di lahan 2500 meter miliknya memasuki panen kedua.
“Awalnya percobaan, kol apakah bisa ditanam di daerah rendah tapi saat ini ternyata bisa dan menuai hasilnya,” papar Murtala.
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, pun bertandang ke Desa Blukbuk untuk melihat panen sayuran kol dan oyong.
Zaki mengatakan di wilayah ini telah dibangun jalan lintas desa untuk menunjang aksebilitas masyarakat dan untuk mendukung perairan di wilayah Kronjo.
“Ada pula tandon air untuk mendukung pertanian di Desa Blukbuk ini. Perekonomian mulai menggeliat. Mulai dari akses jalan, pertanian di sini pun kita dukung dengan tandon air yang dibangun oleh Pemkab Tangerang,” ujar Zaki.
Menurutnya wilayah Kronjo dan sekitarnya jika musim kering susah mendapatkan air karena merupakan dataran rendah.
Sekarang musih hujan dan dimulai musim tanam hasil pertanian dan terbukti saat ini menuai hasil panen.
“Saya berharap sektor pertanian holtikultura terus digalakan untuk wilayah Kronjo. Seperti kol, cabai dan oyong bisa dipanen lebih cepat,” ucapnya.
Untuk komoditas kol dataran rendah pertanian holtikultira binaan di wilayah Kronjo seluas 4.000 meter persegi.
Komoditas oyong 6.000 meter persegi, komoditas timun 6.000 meter persegi dan komoditas cabai 7.000 meter persegi.